Beranda Artikel Perbedaan Soun dan Bihun: Panduan Lengkap
Artikel

Perbedaan Soun dan Bihun: Panduan Lengkap

Perbedaan Soun dan Bihun
Bagikan

Soun dan bihun adalah dua jenis mi yang populer di Asia, khususnya dalam masakan Indonesia, Tiongkok, dan berbagai negara Asia lainnya. Keduanya sering kali digunakan dalam hidangan yang mirip, seperti tumisan, sup, atau sebagai campuran dalam salad. Meskipun tampak serupa, soun dan bihun memiliki perbedaan yang mendasar baik dari bahan dasar, tekstur, hingga cara penyajian. Artikel ini akan membahas perbedaan antara soun dan bihun secara mendetail.

1. Bahan Dasar

  • Soun: Soun terbuat dari pati kacang hijau atau pati kentang. Karena itu, soun memiliki tekstur yang lebih transparan setelah dimasak. Di Indonesia, soun sering dikenal sebagai “vermicelli kacang hijau.” Bahan dasar pati kacang hijau memberikan soun tekstur yang lebih elastis dan kenyal dibandingkan bihun.
  • Bihun: Bihun, di sisi lain, terbuat dari beras. Nama bihun sendiri berasal dari bahasa Tionghoa “mi fen,” yang berarti “mi beras.” Karena terbuat dari beras, bihun cenderung berwarna putih susu baik sebelum maupun setelah dimasak. Tekstur bihun lebih lembut dibandingkan soun dan mudah pecah jika dimasak terlalu lama.

2. Tekstur dan Penampilan

Perbedaan tekstur dan penampilan menjadi salah satu cara termudah untuk membedakan antara soun dan bihun, terutama setelah dimasak.

Soun:

  • Sebelum dimasak, soun berwarna putih keabu-abuan dan kering.
  • Setelah dimasak, soun menjadi transparan atau bening, dengan tekstur yang kenyal dan sedikit licin.
  • Soun lebih lentur dan tahan terhadap panas tinggi, sehingga tidak mudah pecah saat dimasak dalam waktu lama.

Bihun:

  • Bihun sebelum dimasak memiliki warna putih yang lebih pekat, menyerupai susu.
  • Setelah dimasak, bihun tetap berwarna putih dan memiliki tekstur yang lembut.
  • Bihun cenderung lebih rapuh, sehingga harus dimasak dengan hati-hati agar tidak hancur atau menjadi terlalu lembek.

3. Cara Memasak

Soun dan bihun membutuhkan teknik memasak yang berbeda agar mendapatkan hasil yang maksimal.

  • Soun: Soun biasanya cukup direndam dalam air panas selama beberapa menit hingga melunak. Karena teksturnya yang elastis, soun bisa tahan terhadap proses masak lebih lanjut, seperti ditumis atau dimasak dalam sup. Hal ini menjadikan soun pilihan yang tepat untuk masakan yang membutuhkan waktu masak lebih lama.
  • Bihun: Bihun lebih sensitif terhadap panas. Untuk memasak bihun, biasanya bihun direndam dalam air dingin atau air hangat terlebih dahulu hingga melunak. Setelah direndam, bihun baru dimasukkan dalam masakan seperti sup atau tumisan. Bihun lebih cepat matang dan harus diawasi agar tidak terlalu lembek atau hancur selama proses memasak.

4. Penggunaan dalam Masakan

Meskipun bisa digunakan dalam berbagai jenis hidangan, soun dan bihun sering kali digunakan untuk tujuan yang berbeda dalam dunia kuliner.

Soun:

  • Soun sering digunakan dalam masakan sup atau hidangan berkuah, seperti sup soun, bakso, dan sayur bening. Soun juga populer dalam masakan tumis, seperti soun goreng.
  • Karena teksturnya yang elastis, soun juga sering dipakai sebagai isian dalam lumpia atau bakwan, memberikan tekstur kenyal yang menyenangkan saat digigit.

Bihun:

  • Bihun lebih sering digunakan dalam hidangan kering seperti bihun goreng atau bihun campur. Bihun goreng merupakan salah satu hidangan populer di Indonesia.
  • Bihun juga sering digunakan sebagai bahan pelengkap dalam soto, nasi uduk, atau sebagai campuran dalam salad dingin seperti gado-gado.

5. Kandungan Nutrisi

Perbedaan bahan dasar antara soun dan bihun juga mempengaruhi kandungan nutrisi masing-masing.

  • Soun: Karena terbuat dari pati kacang hijau atau kentang, soun cenderung rendah serat dan lebih tinggi dalam karbohidrat. Kandungan kalori soun sedikit lebih rendah dibandingkan bihun karena menggunakan bahan pati.
  • Bihun: Bihun yang terbuat dari beras mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Bihun juga cenderung lebih mengenyangkan karena sifat beras yang lebih padat energi. Namun, bihun cenderung kurang serat dibandingkan mi yang terbuat dari biji-bijian utuh atau bahan lainnya.

6. Varian dan Alternatif

Selain soun dan bihun, ada beberapa varian lain dari mi yang terbuat dari bahan serupa, tetapi dengan perbedaan kecil dalam cara pembuatan atau bahan dasar tambahan.

  • Mi sagu: Mi ini terbuat dari pati sagu dan memiliki tekstur yang mirip dengan soun tetapi lebih padat. Mi sagu lebih umum di wilayah tertentu seperti Sumatera, di mana sagu menjadi sumber pangan utama.
  • Mi beras tebal: Selain bihun, ada juga mi yang terbuat dari beras tetapi dalam bentuk yang lebih tebal, mirip dengan kwetiau. Mi ini lebih kenyal dan cocok untuk hidangan yang membutuhkan tekstur mi yang lebih kuat.

7. Harga dan Ketersediaan

Di pasar Indonesia, baik soun maupun bihun sangat mudah ditemukan dan harganya relatif terjangkau. Namun, perbedaan bahan dasar dapat membuat harga soun sedikit lebih mahal dibandingkan bihun, terutama jika soun dibuat dari kacang hijau asli yang lebih berkualitas.

Kesimpulan

Soun dan bihun, meskipun sering disalahartikan karena bentuknya yang mirip, memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal bahan dasar, tekstur, cara memasak, serta penggunaannya dalam masakan. Soun yang terbuat dari pati kacang hijau atau kentang memiliki tekstur kenyal dan transparan setelah dimasak, sementara bihun yang terbuat dari beras lebih lembut dan putih. Dengan memahami perbedaan ini, Anda dapat memilih bahan yang tepat untuk hidangan Anda, baik itu sup, tumisan, atau hidangan lainnya.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *